20081222

Muqaddimah

Sungguh ! Kebahagian, kesuksesan, dan kejayaan setiap individu telah Allah tetapkan dalam agama yg sempurna (Islam; red). Yakni sejauh mana ta’at kepada seluruh aturan Allah swt, dan ikut contoh Baginda Nabi saw dalam setiap laku perbuatan.

Dengan keagungan puji-Nya dan kesucian asma-Nya, Allah telah menciptakan sebuah kesadaran di dalam hati manusia. Hati yg paling baik adalah hati yg paling sadar dalam mengikuti petunjuk dan kebaikan. Dan hati yg paling buruk adalah hati yg paling sadar untuk mengikuti kesesatan dan kerusakan.

Allah telah memberikan kekuasaan nafsu kepada hati sebagai ujian bagi seorang hamba. Menjadikannya sebagai tunggangan jiwa yg menyuruh kepada keburukan dan kerendahan. Kemudian Allah mewajibkan setiap hamba-Nya agar menentang nafsu yg menyuruhnya kepada keburukan serta menjauhinya, dalam rentang waktu kehidupan dunia yg sangat singkat ini,– yg tak ubahnya satu detik dari waktu sehari semalam atau seperti setetes air di ujung jari yg dicelupkan ke samudra yg luas–, jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat.

Nafsu syahwat harus ditundukkan dan kecendrungan untuk menikmatinya harus dicegah. Agar diperoleh kehormatan dan pahala yg melimpah di kemudian hari, sehingga fitrah hati tetap utuh hingga saat tiba bersua dengan Al-Khaliq.

JIka nafsu dapat ditaklukkan layaknya hamba sahaya, maka ia akan menjadi pohon yg sari makanannya pikiran, cabangnya kesabaran, rantingnya ilmu, daunnya akhlaq yg baik, buahnya hikmah, dan batangnya taufiq.

‘Umar ibnul Khattab r.hu berkata, ” Orang yg berakal itu bukan orang yg bisa membedakan yg baik dari yg buruk, tetapi yg bisa mengetahui mana yg lebih baik dari dua keburukan.”

Al-Hasan r.hu, cucu Baginda Nabi saw, berkata, ” Agama seseorang tidak menjadi sempurna kecuali dengan kesempurnaan akalnya. Allah tidak memberikan akal kepada seseorang melainkan suatu hari Dia akan meyelamatkannya dengan akal tersebut.”

Apabila kekuasaan berada di tangan akal, maka hawa nafsu akan tunduk kepadanya, menjadi pelayan dan pengikutnya. Sebaliknya, jika kekuasaan berada di tangan hawa nafsu, maka akal menjadi tawanan dan bawahannya. Mengingat manusia tidak mungkin melepaskan diri dari nafsu selagi masih hidup, karena memang hawa nafsu merupakan bagian dari dirinya, maka tidak mungkin dia melepaskan diri darinya secara total. Tetapi yg diperintahkan kepadanya adalah mengalihkan hawa nafsu itu dari kenikmatan-kenikmatan yg merusak ke tempat-tempat yg aman dan selamat. Sebagai contoh, Allah tidak melarang kita untuk menyenangi wanita. Tetapi Allah memerintahkan untuk membawa nafsu tersebut kepada ikatan pernikahan.

Berangkat dari hal ini, serta semakin banyaknya fenomena yg kami saksikan belakangan ini dalam keseharian kami. Dimana sudah tidak ada batasan yg jelas lagi dalam interaksi antara laki-laki dan wanita, terutama dalam mengaplikasikan arti cinta. Sehingga tidak sedikit diantara mereka yg akhirnya menjadi korban dari pemahaman mereka yg salah tentang cinta. Maka lewat blogspot ini, insya Allah akan kita bahas bersama tentang masalah cinta dan kaidah-kaidahnya dalam Islam. Karena yakinlah, masalah ini pun merupakan sebagian dari agama. Sehingga pasti ada aturan yg mengaturnya, yg tentu saja berdasarkan kaidah-kaidah syar’i yg telah disepakati para 'alim 'ulama kita.

Untuk itu, kami sangat membutuhkan bantuan teman-teman sekalian untuk sama-sama bermudzakarah dalam forum ini. Kami meminta kesediaan teman-teman sekalian untuk memberikan saran dan kritik ataupun penyempurnaan dari pembahasan kami yg tidak lepas dari kekurangan.

1 komentar:

  1. Aslm.Wr.Wb. Mas tolong kalau ada kirimi aku MP3 bayan Jord atau Istimak siapa aja, soalnya di pedalaman Kalbar jadi sudah lama gak denger bayan. Tolong ya di guspar38@gmail.com. Trims.

    BalasHapus