20090114

Motif Cinta

Dalam pembahasan ini, akan kita bahas tentang faktor-faktor yg menjadi motif-motif cinta. Dan yg kami maksudkan di sini adalah suatu perasaan yg disusul kehendak dan kecenderungan, dimana hal ini dikaitkan dengan orang yg mencintai. Dan bisa juga diartikan sebab yg melatarbelakangi tumbuhnya cinta dan yg menjadi gantungannya, dan dalam hal ini berkaitan dengan orang yg dicintai.

Yg kami maksudkan motif cinta dalam pembahasan ini adalah paduan antara keduanya, yg berkaitan dengan orang yg mencintai dan orang yg dicintai. Yaitu sifat-sifat yg mendorong untuk mencintainya, dan adanya rasa cinta dan keserasian yg memadukan orang yg mencintai dan orang yg dicintai. Ini merupakan jalinan antara keduanya, yg merupakan jalinan antara makhluq dengan makhluq dalam suatu keserasian dan kesesuaian.

Sebagaimana telah kami bahas dalam pembahasan sebelumnya, bahwa keindahan itu terdiri dari dua bagian, yakni keindahan lahir dan keindahan bathin. Maka dalam hal ini, pesona keindahan yg menjadi motif cinta pun bisa kita bagi ke dalam dua garis besar tersebut.

Sesungguhnya, cinta terhadap sesuatu bisa membuat buta dan tuli. Orang yg mencintai tidak melihat seseorang yg lebih menawan daripada orang yg dicintai. Boleh jadi pesona keindahan orang yg dicintai itu biasa-biasa saja, tetapi di mata orang yg mencintai pesonanya tampak sempurna. Tidak dapat disangsikan bahwa orang yg dicintai adalah sesuatu yg paling manis di mata orang yg mencintai dan lebih berharga dari segala sesuatu. Seorang penyair berkata:
"Aku tak tahu apakah pesonanya yg memikat
atau mungkin akalku yg tidak lagi di tempat."


Boleh jadi pesona keindahan lahir itu diobral, tetapi toh tidak bisa dinikmati secara utuh sehingga kekuatan cinta pun biasa-biasa saja. Jika hakikat pesona keindahan itu dikuak, tentu ia akan menawan hati. Oleh karena itu para wanita diperintahkan untuk menutup wajahnya dari pandangan laki-laki. Sebab penampakan wajah mewakili kesempurnaan keindahan lahir, sehingga mudah menimbulkan cobaan. Maka laki-laki yg hendak melamar wanita disyari'atkan untuk melihat wajahnya. Sebab jika dia sudah melihat kecantikan dan keindahannya, tentu lebih bisa membuahkan cinta dan kebersamaan diantara keduanya.

Jika hal tersebut dilakukan, maka bisa tercipta kesesuaian dan hubungan yg menumbuhkan cinta, sekalipun hal ini bukan merupakan jaminan. Sebab kesesuaian ruh merupakan sebab yg paling kuat untuk menumbuhkan cinta. Jika tujuan orang yg dicintai sesuai dengan tujuan orang yg mencintai, maka akan tumbuh keselarasan antara jiwa orang yg mencintai dan orang yg dicintai. Jika tujuan ini berbenturan, maka kesesuaian juga tidak akan tercipta.

Kesesuain yg asli adalah kecocokan akhlak dan persamaan jiwa yg akan menimbulkan kerinduan satu jiwa terhadap jiwa yg cocok dengannya. Daya tarik semacam ini tumbuh karena hal-hal yg khusus. Kejadian seperti ini tidak bisa ditelusuri latar belakangnya dan tidak bisa dicari alasannya. Inilah yg mendorong sebagian orang untuk berkata, "Cinta tidak tumbuh karena alasan keindahan dan keelokan lahir, sehingga jika tiada keindahan dan keelokan tersebut tiada pula cinta. Tetapi cinta adalah kesesuaian jiwa dan kecocokan tabiatnya." Tidak dapat diragukan, kesesuaian dan kecocokan bathin memiliki porsi yg lebih banyak dalam tumbuhnya cinta daripada sekedar pertimbangan keindahan dan keelokan lahir.

Jiwa yg mulia, agung dan suci lebih mencintai sifat-sifat kesempurnaan yg ada pada dzat yg dimaksud. Yg paling dicintainya adalah ilmu, keberanian, kemurahan hati, kehormatan diri, kebaikan, kesabaran dan keteguhan hati. Karena sifat-sifat seperti ini sesuai dengan relung sanubarinya. Berbeda dengan jiwa yg hina dan murahan, yg tidak menyukai sifat-sifat seperti ini.
Mencintai sifat kesempurnaan merupakan gambaran cinta yg paling tinggi dan paling banyak memberikan manfaat, sehingga lebih memungkinkan untuk menciptakan kesesuaian antara dua jiwa. Maka dari itu jiwa yg paling tinggi dan mulia adalah yg paling layak untuk dicintai.

Jika cinta tumbuh karena kesesuaian dan kecocokan, maka cinta itu akan menjadi kokoh dan kuat, tidak akan sirna kecuali oleh penghambat yg lebih kuat dari penyebab cinta itu. Jika cinta itu tumbuh bukan karena kecocokan dan kesesuaian, tentunya cinta itu dilatarbelakangi tujuan tertentu yg mudah luntur jika tujuan itu juga luntur dan menipis.

Andaikata penyebab tumbuhnya cinta hanyalah keelokan lahir, tentunya mereka yg tidak memiliki keelokan tersebut tidak akan dianggap baik sama sekali. Kadangkala kita mendapatkan orang yg lebh memilih pasangan,--dalam hal ini istri atau suami--, yg lebih buruk rupanya, padahal dia juga mengakui keelokan yg lain. Meski begitu tidak ada kendala apa-apa di dalam hatinya. Karena kecocokan dan kesesuaian jiwa merupakan sesuatu yg paling disukai manusia, dengan begitu kita tahu bahwa inilah yg paling penting di atas segala-galanya. Memang bisa saja cinta tumbuh karena sebab-sebab tertentu, tetapi cinta semacam itu akan cepat lenyap seiring dengan lenyapnya sebab tersebut.

Kita sama-sama mengetahui bahwa motif cinta itu bermacam-macam. Yg paling mulia adalah cinta orang-orang yg mencintai karena Allah. Ada cinta yg bersemi saat sama-sama mencari lapangan pekerjaan, karena ada kecocokan madzhab, karena ilmu yg dimiliki, cinta kekerabatan, cinta karena persahabatan, cinta karena sama-sama suka berbuat kebajikan kepada orang lain, cinta karena melihat kedudukan orang yg dicintai, cinta karena masing-masing memiliki rahasia yg dipendam, dan yg lainnya.

Semua jenis cinta tersebut akan luntur jika penyebabnya juga luntur, menjadi mantap jika penyebabnya semakin mantap, menyusut jika penyebabnya menyusut, membara karena saling berdekatan, mereda karena saling berjauhan. Dan rasanya keadaan seperti ini sangatlah jauh dari gambaran cinta sejati.

Wallahu a'lam.





20090104

ibarat matahari
terus memberi tak berharap balas
tak pernah jemu,
sinarnya kan merubah
gelapnya hidup menjadi terang,
begitulah cinta

20081230

Tentang Keindahan

Ini adalah uraian tentang makna dan hakikat keindahan. Jadi, apakah keindahan itu? Masalah ini tidak akan kita pahami dengan baik kecuali dengan mensifati keindahan itu sendiri.

Ada yg berpendapat, keindahan adalah keserasian cipataan, harmoni dan keselarasannya. Berapa banyak rupa yg memiliki keserasian ciptaan, tetapi tidak bisa disebut indah? Ada pula yg berpendapat, keindahan adalah keelokan di wajah dan kelembutan pandangan mata. Ada pula yg berpendapat, keindahan itu terangkum dalam beberapa hal, yaitu keceriaan, keelokan, kebagusan bentuk dan kelembutan. Ada pula yg berpendapat, keindahan adalah sebuah makna yg tidak terungkapkan oleh kata. Sulit disifati. Sebab setiap orang memiliki kemampuan untuk mensifatinya.

Namun ketahuilah, bahwa keindahan itu ada dua macam: Keindahan bathin dan keindahan lahir. Yg nampak dan yg tidak nampak. Keindahan bathin terletak pada wujudnya sifat-sifat terpuji dalam diri manusia. Seperti kemurahan hati, tawadhu, jujur, berani, sabar, dan lain-lain. Keindahan bathin inilah yg menjadi titik pandang Allah yg ada pada diri setiap hamba-Nya. Sebagaimana yg disebutkan dalam sebuah hadits yg diriwayatkan Imam Muslim rah.a, yg maknanya kurang lebih, "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.

Keindahan lahir pun merupakan nikmat Allah yg dianugrahkan kepada hamba-Nya, yg berarti harus disyukuri. Caranya adalah dengan menjaga keta'atan kepada-Nya. Adalah sebuah dusta yg nyata ketika seseorang mengeku mensyukuri nikamt Allah, tetapi ia tidak menjaga keta'atannya. Bila keindahan lahir ini bisa kita jaga dengan cara tersebut di atas, maka hal tersebut akan menambah keindahan yg telah ada semakin bertambah indah. Namun sebaliknya, jika keindahan lahir ini digunakan untuk mendurhakai-Nya, maka apa yg tampak tersebut akan di ubah, bahkan mungkin selagi masih di dunia.

Keindahan lahir adalah hiasan yg secara khusus diberikan Allah kepada sebagian rupa, dan sebagian lain tidak diberi-Nya. Hal ini termasuk tambahan dalam penciptaan, sebagaimana firman-Nya dalam awal surat Fathir, "Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yg dikehendaki-Nya." Menurut sebagian mufassir maksud ayat di atas adalah suara yg merdu dan rupa yg elok.

Ada sebagian ahli hikmah berkata, "Setiap hari manusia harus melihat ke cermin. Jika dia melihat rupanya yg bagus maka janganlah menodainya dengan perbuatannya yg buruk. Jika dia melihat rupanya yg buruk, maka janganlah dia menghimpun keburukan rupa dengan perbuatan yg buruk."

Karena keindahan merupakan sesuatu yg diidam-idamkan jiwa dan disukai hati, maka Allah tidak mengutus seorang Nabi pun kecuali dengan rupa yg elok dan wajah yg tampan, terpandang dan merdu suaranya. Begitulah yg dikatakan 'Ali k.w dalam sebuah
atsar.

Baginda Nabi saw adalah ciptaan Allah yg paling indah. Beliau sangatlah elok dan paling tampan baik secara lahir ataupun bathin. Al-Barra bin 'Azib r.hu mengatakan ketika ditanya, "Apakah wajah Rasulullah laksana pedang?" Dia menjawab, "Tidak, tetapi seumpama rembulan." (H.R Bukhari Muslim).

Bahkan sebagian shahabat Rasulullah saw mensifati keindahan Beliau seakan-akan matahari berjalan di wajahnya. Seseorang berkata dalam sebuah hadits yg terkenal, "Saya tidak pernah melihat seseorang seperti beliau, sebelum ataupun sesudahnya."

Abu Bakar Al-Hudzaily, seorang penyair terkenal di kalangan bangsa Arab pernah menulis sebuah syair yg mensifati keindahan Baginda Nabi saw :

"Dialah penyembuh wanita yg mengalami kelainan

obat mujarab bagi wanita yg sedang menyusui

andaikan kau lihat gurat-gurat di keningnya

tentu disana kau dapati sinar berkilauan."


Disebutkan dalam Raudhah Al-Muhibbin, Rabi'ah Al-Jurasyi pernah berkata, "Keindahan itu dibagi menjadi dua bagian. Keindahan Sarah dan Yusuf a.s merupakan satu bagian, sedangkan satu bagian lainnya dibagi diantara semua manusia."

Namun haruslah kita pahami bersama bahwa keindahan bathin adalah karunia paling besar yg Allah berikan kepada hamba-Nya. Keindahan bathin ini menghiasi rupa lahir sekalipun tidak indah. Keindahan bathin bisa menghapus kekurangan lahir dan menutupinya. Sedangkan keburukan bathin akan menghapus keindahan lahir dan menutupinya. Pada hakikatnya orang yg memiliki keindahan bathin ini mengenakan pakaian keindahan, kemuliaan, dan karisma. Tergantung dari wujudnya sifat-sifat terpuji dalam dirinya.

Orang beriman diberikan kemuliaan dan karisma menurut kadar keimanannya. Siapa yg melihatnya, tentu akan merasa segan kepadanya. Dan siapa yg bergaul dengannya tentu akan mencintainya. Hal seperti ini sudah sering didapati. Barangkali kita pernah melihat seorang sudah tua renta yg memiliki sifat-sifat terpuji. Namun dia terlihat seperti orang yg paling bagus rupanya, sekalipun kulitnya hitam dan tidak elok. Terlebih lagi jika dia rajin mendirikan shalat malam, maka wajahnya akan tampak bersinar dan cemerlang.

Sebagian wanita di zaman tabi'in ada yg banyak mendirikan shalat malam. Ketika hal itu ditanyakan kepada mereka, maka mereka menjawab, "Sesungguhnya shalat malam itu bisa membuat wajah menjadi elok, dan kami suka jika wajah kami menjadi elok."

Diantara bukti bahwa keindahan bathin lebih penting dari keindahan lahir adalah tidak bisa dipisahkannya hati manusia dari sesuatu yg sudah terlanjur dicintai dan disenanginya.

Wallahu a'lam.